Owner proyek ini adalah Bapak Fajar. Beliau mempunyai sebidang tanah di Jalan Kaliurang yang merupakan lahan tidur tidak terpakai. Lahan tersebut awalnya adalah sebuah rumah lama yang mana bangunannya sudah tidak ada. Mas Fajar menghendaki lahan tersebut digunakan untuk dibuat kompleks bangunan yang berfungsi sebagai homestay/kos/kontrakan.
The owner of this project is Mr. Fajar. He owns a plot of land on Jalan Kaliurang which is unused unused land. The land was originally an old house where the building no longer exists. Mas Fajar wants the land to be used to build a building complex that functions as a homestay/boarding house/rent.
Setelah kami survey lokasi, kami berdiskusi lebih lanjut dengan beliau, untuk membuat bangunan dengan fungsi yang spesifik. Beliau menghendaki kompleks bangunan yang dapat disewakan baik sistem per bulan maupun tahunan. Dari hal tersebut, kami mengusung konsep “OMAH SRAWUNG”.
After we surveyed the location, we discussed further with him, to make a building with a specific function. He wants a building complex that can be rented out on a monthly or yearly basis. From this, we carry the concept of “OMAH SRAWUNG”.
Mengapa omah srawung? Kami menganggap bahwa dalam kehidupan sosial, srawung adalah hal paling inti. Dari srawung, bisa tercipta kerukunan warga, keamanan, dan kemajuan kompleks. Kerukunan, keamanan dan kemajuan dapat tercipta ketika antar warga saling berkomunikasi dan mengerti. Srawung adalah hal yang asing di kota. Karena itulah kehidupan kota menjadi kehidupan yang rawan, antar warga tidak saling mengenal, tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, dsb.
Why Omah Srawung? We consider that in social life, srawung is the most important thing. From srawung, community harmony, security, and complex progress can be created. Harmony, security and progress can be created when people communicate and understand each other. Srawung is a stranger in the city. That’s why city life becomes a vulnerable life, between residents who do not know each other, are not sensitive to the needs of others, etc.
Konsep ini kami usung dalam mendesain kompleks bangunan ini. Dalam desain kawasan, srawung kami wujudkan dengan membuat area privat berada di area belakang kompleks. Area depan kami letakkan area publik seperti garasi kendaraan roda dua dan roda 4. Area semi publik (yang dapat diakses hanya oleh warga kompleks) kami letakkan di tengah-tengah antara deretan rumah yang mukanya menghadap area tersebut. Hal ini dimaksudkan agar antar warga saling berhadapan, ketika warga keluar rumah, dapat dilihat oleh warga yang lain, terutama rumah yang ada di depannya.
We stretch this concept in designing this building complex. In the area design, we make srawung a reality by making a private area in the back area of the complex. In the front area, we place a public area such as a garage for two-wheeled vehicles and 4 wheels. We place a semi-public area (which can be accessed only by residents of the complex) in the middle of a row of houses facing the area. This is so that residents face each other, when residents leave the house, other residents can see it, especially the house in front of it.
Area komunal space di tengah kompleks tersebut dapat dimanfaatkan warga untuk berinteraksi satu sama lain. Peletakan garasi di area depan kawasan merupakan salah satu strategi agar area komunal tidak tercemar oleh asap kendaraan. Selain itu area komunal dapat aman dari lalu lalang kendaraan yang dapat membahayakan anak-anak ketika bermain di taman.
The communal space area in the middle of the complex can be used by residents to interact with one another. Laying a garage in the front area of the area is one strategy so that the communal area is not polluted by vehicle fumes. In addition, the communal area can be safe from passing vehicles that can harm children when playing in the park.
Dalam desain fisik bangunan, konsep srawung kami terapkan dengan membuat dinding miring di bagian depan rumah. Hal ini untuk memberikan view yang lebih luas dari dalam rumah, agar pemilik rumah dapat melihat secara luas halaman depan rumahnya. Dengan keleluasaan pandangan, diharapkan pemilik masing-masing rumah dapat ikut mengawasi lingkungan sekitar. Hal ini tentu akan menambah aspek keamanan dalam kompleks.
In the physical design of the building, we apply the srawung concept by making a sloping wall at the front of the house. This is to provide a wider view from inside the house, so that homeowners can see widely the front yard of their house. With the flexibility of view, it is hoped that the owner of each house can participate in monitoring the surrounding environment. This will certainly add to the security aspect in the complex.
Taman depan kompleks dilengkapi dengan tanaman peneduh, tempat duduk, penutup tanah berupa rumput dan lampu taman. Sehingga taman ini tidak hanya berfungsi secara biologis untuk udara bersih, namun secara sosial dapat digunakan untuk keperluan umum warga baik pada siang hari maupun malam hari.
The front garden of the complex is equipped with shade plants, seating, ground cover in the form of grass and garden lights. So that this park does not only function biologically for clean air, but socially it can be used for public purposes for residents both during the day and at night.