Penjabaran tentang konsep hunian perumahan ini, mengacu kepada permasalahan permukiman pada saat ini, dimana terjadi pergeseran tentang hakikat bermukim. Manusia tidak hanya sekedar makan dan tidur saja di rumah, namun juga ada yang namanya kebutuhan bersosial. Kebutuhan berinteraksi dengan tetangga, seperti halnya permukiman di kampung-kampung, sangat jarang terpenuhi. Hal ini tidak lepas dari aktivitas masyarakat modern yang simpel, dimana waktu mereka habis digunakan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, sehingga ketika sampai dirumah pun waktu untuk berinteraksi dengan sekitar hampir tidak ada.
The description of the concept of residential housing refers to the current settlement problem, where there is a shift in the nature of living. Humans do not just eat and sleep at home, but there is also such a thing as social needs. The need to interact with neighbors, such as settlements in villages, is rarely met. This is inseparable from the simple activities of modern society, where their time is used up to meet the demands of work, so that when they get home, there is almost no time to interact with their surroundings.
Konsep interaksi inilah yang mendasari kami membuat ruang bersama yang berwujud taman ditengah-tengah kompleks hunian, yang dapat diakses secara langsung dari pintu belakang rumah, sehingga dapat dianggap sebagai halaman bersama. Taman tengah ini memanjang diantara dua deretan unit perumahan bagian tengah, dan menerus dengan ujung yang terhubung dengan jalan lingkungan.
This interaction concept is what underlies us to create a shared space in the form of a garden in the middle of a residential complex, which can be accessed directly from the back door of the house, so that it can be considered as a shared courtyard. This central garden extends between the two rows of residential units in the middle, and is continuous with the ends connected to the neighborhood road.
Selain itu, kami melihat bahwa beberapa unit perumahan, pengembang kurang memperhatikan peletakan taman bermain untuk anak-anak. Dari hasil studi banding, kami menemukan bahwa peletakantaman bermain anak hanya sekedar pengisi ruang kosong di kompleks perumahan. Tentu hal ini menjadi sedikit perhatian bahwa untuk mencapai taman tersebut, diperlukan waktu dan tentu saja, anak-anak yang bermain sendiri akan jauh dari pengawasan orang tua. Jelas hal ini akan menjadi nilai minus dalam hal keamanan.
In addition, we see that some housing units, developers pay less attention to laying a playground for children. From the results of a comparative study, we found that the placement of a children’s playground is only to fill an empty space in a housing complex. Of course this is a bit of a concern that to reach the park, it takes time and of course, children playing alone will be far from parental supervision. Obviously this will be a minus in terms of security.